Apkasi Dorong Para Wali Nagari Dharmasraya Tiru Kesuksesan Desa Wisata Tamansari Banyuwangi

Banyuwangi, SonaIndonesia.com – Sebagai upaya percepatan perekonomian daerah pascapandemi Covid-19, Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) dan Studi Tiru Pengembangan dan Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Masyarakat, Potensi Lokal dan Ketahanan Pangan di Desa Tamansari Kabupaten Banyuwangi, Kamis (2/6/2022). Kegiatan ini sendiri merupakan angkatan kedua setelah sebelumnya dilaksanakan di Desa Carangsari, Kabupaten Badung Bali, akhir Mei silam.

Direktur Eksekutif Apkasi, Sarman Simanjorang menyebutkan bahwa tujuan bimtek dan studi tiru ini adalah salah sebagai wujud implementasi dari satu program Dewan Pengurus Apkasi yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah kabupaten dan desa dalam tata kelola pengembangan pariwisata. Program kegiatan ini, lanjut Sarman merupakan rangkaian kegiatan serupa yang dilaksanakan di tiga desa wisata, yakni angkatan pertama telah dilaksanakan di Desa Wisata Carangsari, Kabupaten Badung, Bali pada 26-29 Mei 2022 yang diikuti kurang lebih 120 peserta, kemudian di Desa Wisata Tamansari, Kabupaten Banyuwangi pada 2-5 Juni 2022 dan nanti diteruskan di Desa Wisata Kaki Langit, Mangunan, Kabupaten Bantul DIY yang rencananya akan diselenggarakan pada bulan Agustus 2022.

Bacaan Lainnya

“Khusus kegiatan di Banyuwangi ini terbilang eksklusif karena diikuti 37 peserta terdiri dari Kepala Dinas, Kepala Bidang dan Wali Nagari dari Pemerintah Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Semoga setelah usai kegiatan ini, akan lahir desa wisata di Dharmasraya. Karena seperti diketahui, sebenarnya masih banyak desa-desa lainnya yang memiliki potensi yang luar biasa,” imbuh Sarman.

Sayangnya potensi-potensi desa tersebut, masih menurut Sarman, hanya dinikmati oleh masyarakatnya sendiri dan belum terangkat ke permukaan. “Padahal kalau potensi tersebut bisa dikelola dengan baik, maka akan menciptakan destinasi wisata baru yang dampak positifnya bisa mengangkat perkenomian masyarakat tersebut. Saya melihat di Sumatera Barat banyak potensi wisata berbasis gunung, persawahan maupun pantai yang sangat indah. Jika ini bisa dikemas dengan baik ditambah dengan sekarang ada media sosial, maka tempat-tempat tersebut berpotensi viral dan dikenal banyak orang. Otomatis akan dicari banyak orang,” katanya bersemangat.

Sarman berharap para peserta bimtek dan studi tiru dapat memetik pelajaran dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan Desa Tamansari mengenai strategi, tantangan dan hambatan. “Serta bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan dan pengelolaan desa wisata,” tukasnya.

Sementara itu, Ketua Bidang Kerjasama Antar Daerah Apkasi, Ipuk Fiestiandani yang sekaligus Bupati Banyuwangi dan tuan rumah penyelengaraan memberikan apresiasi atas kehadiran para peserta kegiatan bimtek dan studi tiru desa wisata.

“Kalau kita bicara soal desa, sebagai upaya percepatan pemulihan ekonomi daerah, di mana kita kemarin selama dua tahun lebih sempat terpuruk karena Covid-19, maka inilah saatnya, mari bangkit dan menghidupkan kembali ekonomi. Saran dan arahan Pak Presiden Jokowi sangat tepat sekali di mana membangun Indonesia dimulai dari desa. Karena desalah yang sangat erat sentuhannya kepada masyarakat secara langsung,” katanya.

Ipuk menegaskan bahwa saat inilah momentum yang tepat untuk membangkitkan perekonomian daerah melalui pariwisata. Ia berujar salah satu bentuk penguatan desa yang dilakukan oleh pemerintah yaitu melalui desa wisata, di mana dukungan untuk mengembangkan potensinya yang ada di desa masing-masing melalui desa wisata ini merupakan langkah yang sangat baik.

“Kalau kita bicara soal desa wisata itu konteksnya adalah sesuatu yang bahagia, sesuatu yang menyenangkan. Kami menyadari bahwa wisata di Banyuwangi tidak semuanya berbasis alam, oleh sebab itu kami mengusung konsep pariwisata selain alam yang mengedepankan unsur edukasi dan industri namun tetap ada muatan lokalnya. Kami menggabungkan unsur-unsur tersebut,” imbuhnya.

Pemkab Banyuwangi, sebut Ipuk, mempunya tagline: Semua Tempat adalah Distinasi, dan Semua Kegiatan di Pemda sampai ke Desa-desa adalah Atraksi.

“Jika bapak-bapak Wali Nagari mendengar Banyuwangi Festival, maka inilah bentuk upaya kami untuk mengakomodir semua kegiatan baik di tingkat kabupaten sampai desa yang konsepnya beragam tidak hanya alam saja, tapi ada edukasi dan lain sebagainya,” katanya.

Ipuk lantas memberikan contoh kegiatan festival “Sungaiku Bersih” yang konsepnya adalah bagaimana menjaga ekosistem sungai. “Kami melibatkan masyarakat dan kami melihat desa wisata ini adalah bentuk percepatan ekonomi daerah yang dilakukan secara terpadu, baik itu dari sosialnya, budayanya dan ekonominya. Pariwisata ini adalah payung besar yang menaungi semua kegiatan-kegiatan yang ada di desa. Kalau bicara desa wisata, maka sebenarnya tidak hanya bicara bagaimana mendatangkan wisatawan, tapi kita harus juga bicara tentang ekonomi, tentang lingkungan, tentang edukasi dan SDM.

Ipuk pun menyemangati kenapa harus serius mengembangkan pariwisata dimulai dari desa. “Salah satu report McKinsey mengatakan bahwa wisatawan domestik akan pulih lebih cepat 1-2 tahun dibandingkan wisatawan macanegara. Ini terbukti di mana Banyuwangi konsepnya adalah wisatawan domestik dan sasaran kami tepat, di mana pada saat liburan akhir tahun dan lebaran kemarin, hotel-hotel kami penuh. Untuk itulah kalau di Dharmasraya sasarannya adalah wisatawan domestik, maka saat inilah momentumnya,” ujarnya.

Meski demikian, Ipuk mengingatkan bahwa pandemi Covid-19 juga telah memberikan pelajaran penting di sektor pariwisata. Ia menjelaskan kalau dulu kegiatan festival itu didatangi banyak pengunjung dan banyak kerumunan itu artinya festival sukses.

“Sekarang berbeda, di mana dengan adanya pandemi ini membuat kami mengubah konsep health tourism atau wisata sehat. Kami sudah mulai sejak 2020, kami sudah mulai dengan CHSE-nya serta semua destinasi dan hotel-hotel kami sudah menerapkan protokol kesehatan. Sekarang ini orang lebih senang mendatangi tempat wisata yang menjamin bahwa wisata di situ sehat,” katanya.

Pengembangan desa wisata ini, menurut Ipuk sudah tepat, karena secara alami kondisi di desa-desa itu relatif masih sehat, masih fresh dan jauh dari polusi.

“Maka desa wisata itu sangat cocok dengan preferensi pascapandemi. Pengembangan desa wisata ini kami memiliki konsep NEWA, yakni nature, eco, wellness dan adventure. Terkait kunjungan para peserta bimtek dan studi tiru ini, kami atas nama masyarakat Banyuwangi, khususnya Desa Tamansari mengucapkan terima kasih kepada Apkasi. Semoga dalam interaksi para peserta dan masyarakat Desa Tamansari ada semacam take and give sehingga kita bisa saling belajar satu dengan yang lain,” tukas Ipuk. (hms-apkasi/erkoes)