Di Tangan Pemuda Ini Limbah Kayu Disulap Menjadi Jam Tangan Modis

Dengan kreativitasnya, di tangan Akbar Andi, limbah kayu jati dan sono keling disulap menjadi jam tangan unik yang fashionable. (Foto: sonaindonesia.com/ful)

Banyuwangi, SonaIndonesia.com – Di zaman modern, fungsi jam tangan tidak hanya sekadar sebagai penunjuk waktu, melainkan juga sebagai gaya hidup atau fashion. Tak heran jika sejumlah orang rela menghabiskan uang ratusan juta rupiah hanya untuk membeli jam tangan ternama agar terlihat lebih modis.

Agar tetap bisa tampil modis meski kantong sedang krisis, jam tangan kayu hasil karya pemuda asal Dusun Karangasem, Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi ini, bisa menjadi alternatif. Meski terbuat dari kayu bekas, namun jam tangan kayu ini memiliki kualitas maupun tampilan yang tidak kalah elegan dari jam tangan pada umumnya.

Bacaan Lainnya

Jika dilihat dari dekat, penunjuk waktu yang biasa disebut arloji tersebut tampak berkilau layaknya jam tangan yang terbuat dari stainless steel, maupun logam lainnya. Namun jangan salah, aksesoris pergelangan tangan dari limbah kayu buatan pemuda bernama Andi Akbar tersebut memiliki nilai jual tinggi.

Berbagai bentuk jam tangan dibuat sesuai pesanan pelanggan yang dipasarkan secara online di media sosial. Karena masih dalam skala merintis, usaha jam tangan dari limbah kayu ini dikerjakan sendiri di bengkel kerajinan yang ada di rumahnya.

Untuk menghasilkan jam tangan dengan kualitas yang bagus, tak sembarang limbah kayu bisa digunakan. Hanya limbah kayu jati dan sono keling saja yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan  jam tangan kayu.

“Dua jenis kayu ini saya pilih, selain karena kualitas kayunya kuat, juga karena jenis kayu tersebut memiliki corak maupun motif yang menarik jika sudah dihaluskan,” kata Akbar Andi di rumahnya.

Akbar menambahkan, saat awal merintis, dirinya hanya menggunakan peralatan manual untuk membentuk kayu hingga menjadi sebuah jam tangan. Namun kali ini Akbar sudah menggunakan mesin bubut sederhana agar hasil kerajinannya lebih presisi dan rapi.

Langkah awal yang dilakukan adalah mengebor kayu sebagai tempat mesin penunjuk waktunya. Setelah proses pengeboran dan pemotongan, barulah jam tangan setengah-jadi masuk ke proses penghalusan dengan amplas. Selanjutnya potongan-potongan kayu yang sudah terbentuk, masuk ke proses pewarnaan.

“Untuk warna sendiri, saya hanya menggunakan sebuah pernis agar warna asli dari kayu tidak hilang. Yang sudah jadi saya jual dengan kisaran harga Rp300 – 450 ribu untuk Pulau Jawa, kalau luar Jawa kisaran Rp450 – Rp 500 ribu free ongkir. Harga relatif tergantung pesanan bagaimana model jam tangannya,” tambah Akbar.

Jam tangan kayu memang memiliki keunikan tersendiri. Dengan paduan desain yang modern, dan elegan, jam tangan ini cocok bagi pengguna yang selalu ingin tampil beda. Selain jam tangan kayu, Akbar Andi juga memproduksi kerajinan lain dari kayu seperti gelas kayu, mangkuk, hingga centong nasi dari kayu.

”Ide awal saya lihat-lihat youtube. Terus saya mencoba membuat kerajinan dari kayu ini. Saya pilih limbah kayu karena limbah kayu biasanya dibuang begitu saja atau hanya dibuat kayu bakar. Dari pada dibuang percuma, saya buat kerajian, ternyata memiliki nilai jual yang lumayan,” pungkasnya. (ful/sona-03)