Berkat “Pawon Urip” Warga Desa Ini Tetap Enjoy Ketika Harga Cabai Naik

Lumajang, SonaIndonesia.com – Harga cabai mahal kerap menjadi masalah tersendiri bagi warga. Sebab, cabai merupakan salah satu kebutuhan dapur yang tak tergantikan. Namun, masalah itu kini tak lagi mengganggu warga di Kelurahan Ditotrunan dan Kelurahan Jogoyudan Lumajang. Sebab daerah ini merupakan wilayah yang memiliki cara sendiri untuk berswasembada sayur-sayuran dan cabai dengan cara kebun bersama atau warga menyebutnya “Pawon Urip”.

Warga di RW 02 Kelurahan Ditotrunan, Lumajang misalnya, dari empat Rukun Tetangga (RT) sedikitnya memiliki lebih dari empat petak kebun bersama yang ditanami aneka sayur-sayuran dan buah-buahan, termasuk di antaranya cabai.

Bacaan Lainnya

“Apapun yang selama ini kerap mendera di kehidupan kita, misalnya seperti cabai harganya naik kemudian sayur juga pada naik kita enjoy saja, karena kita sudah ada wadah untuk menannggulangi kenaikan harga itu dengan mengambil kebutuhan sayur di kebun bersama,” ungkap Susiami, warga setempat yang juga Ketua RW 02 Kelurahan Ditotrunan, saat dikonfirmasi SonaIndonesia.com, Senin (6/11/2023).

Untuk pola tanam dan perawatan, warga menerapkan sistem piket jaga. Dengan membagi habis tugas setiap harinya untuk melakukan perawatan rutin pada aneka sayur dan buah di lahan “Pawon Urip” ini.

Senada dengan Susiami, Lurah Jogoyudan Lumajang, Setyo Aji menjelaskan, di wilayahnya juga tengah mengembangkan pola swasembada sayur dengan kebun bersama. Menurutnya, konsep swasembada pangan di bidang sayur mayur ini patut dilanjutkan karena bisa menekan pengeluaran rumah tangga untuk setiap harinya.

“Di sini namanya KRPL (kawasan rumah pangan lestari) mas, dan program ini sangat membantu, sebab jika setiap pagi warga saya harus mengeluarkan uang untuk membeli sayur dengan adanya Pawon Urip KRPL ini kita tinggal ambil, asal tidak berlebih,” terangnya.

Inisiatif membuat gerakan kebun sayur bersama atau “Pawon Urip” ini bermula saat pandemi Covid-19 terjadi. Banyaknya pembatasan aktivitas warga membuat Pemerintah Kabupaten Lumajang berpikir keras, hingga akhirnya melalui Tim Penggerak PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) melakukan kampanye gerakan ini.

Alhasil, gerakan ini pun mampu bertahan hingga saat ini. Bahkan, salah satu wilayah dengan “Pawon Urip” ini mampu mendapatkan penghargaan Proklim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia sebagai gerakan pelestarian lingkungan.

“Ini gerakan yang dikampanyekan sejak Covid-19, dan alhamdulillah bermanfaat hingga saat ini,” pungkas Mustaqim, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Lumajang.

Sedikitnya lebih dari 200 desa dan kelurahan di Kabupaten Lumajang telah memiliki Pawon Urip. (rokhmad)