Mengenal Istilah-Istilah Jabatan dalam Organisasi NU

Papan nama kantor PBNU, di Jalan Kramat Raya, Jakarta. (Foto: nu online)

Jakarta, SonaIndonesia.com – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf belum lama ini mengumumkan susunan pengurus PBNU periode 2022-2027. Ketetapan ini dibuat melalui hasil rapat bersama antara Rais Aam ditunjuk, Ketua Umum terpilih serta Mid Formatur.

Baca: Inilah Daftar Lengkap Susunan Pengurus PBNU Masa Khidmah 2022 – 2027

Bacaan Lainnya

Bagi masyarakat awam, beberapa istilah jabatan yang disandang para pengurus organisasi Islam yang berdiri sejak 31 Januari 1926 itu mungkin terdengar asing. Berikut ini beberapa istilah kepengurusan yang dipergunakan dalam organisasi tersebut, sebagaimana dikutip dari okezone.com.

1.Mustasyar

Mustasyar merupakan jajaran dewan penasihat Syuriah atau pimpinan tertinggi di Nahdlatul Ulama, yang terdiri dari para ulama yang telah berumur dan memiliki banyak pengalaman, baik dalam segi usia maupun ilmu, agama, ataupun spiritualnya.

2. Syuriah

Merupakan badan musyawarah yang berfungsi sebagai pengambil keputusan akhir dalam struktur kepengurusan Nahdlatul Ulama. Syuriah disebut juga sebagai pimpinan tertinggi di organisasi ini.

3. Rais Aam

Rais Am adalah pemimpin tertinggi dari Syuriah yang dibantu oleh wakil, katib, dan a’wan. Rais Aam berfungsi sebagai ketua Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA). Setiap keputusannya secara kolektif dalam Syuriyah bersifat mengikat dan ditaati.

4.Katib Aam

Katib Aam merupakan ketua umum PBNU yang memimpin tanfidziyah atau pelaksana yang beranggotakan pengurus seperti organisasi lainnya. Jabatan ini merupakan jabatan tertinggi tanfidziyah selaku pelaksana, yang didampingi oleh wakil, sekretaris jenderal, a’wan, dan bendahara.

5. A’wan

A’wan adalah sejumlah ulama terpandang yang bertugas membantu Rais dalam menjalankan kebijakan di Nahdlatul Ulama.

6. Tanfidziyah

Tanfidziyyah adalah badan pelaksana harian NU yang menjalankan kebijakan atau keputusan yang telah ditetapkan oleh Syuriah. Dalam konteks kenegaraan, tanfidziyyah seperti dewan eksekutifnya. (*)