Jember, SonaIndonesia.com – Puluhan mahasiswa program studi (Prodi) Komunikasi Penyiaran Islam, FAI Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo mengikuti pelatihan peliputan kebencanaan di Sekretariat Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Tapal Kuda di Jember Jawa Timur pada Rabu (19/9/2024) malam.
Pelatihan yang merupakan bagian dari kegiatan pratikum mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam tersebut bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam meliput berita kebencanaan.
Bertindak sebagai narasumber, Mamang Pratidina, jurnalis salah satu televisi nasional yang juga pengurus Palang Merah Indonesia (PMI) Jember. Dia mengatakan, jurnalis atau pers merupakan salah satu eleman kontrol sosial yang memberikan kritik dan menyampaikan fakta, meluaskan informasi atau ide dalam kebencanaan termasuk penanggulangan bencana.
Mamang lalu menjelaskan pentingnya jurnalis televisi mengenal UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil. “Di dalamnya ada penyelenggaraan penanggulangan bencana, terdiri dari prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana. Ada kajian risiko, pengelolaan risiko dan kesiapsiagaan,” jelasnya.
Dia lalu memaparkan pengalamannya dalam meliput bencana di antaranya bencana tsunami Aceh, banjir bandang Panti Jember, bencana Gunung Api Raung maupun bencana Gunung Semeru.
“Setidaknya jurnalis harus memahami apa itu namanya siaga darurat, assessment, status darurat, pencarian korban, penyelamatan, evakuasi dan pelayanan bantuan, sampai rehabilitasi dan rekonstruksi,” tambahnya.
Dalam meliput bencana, Mamang juga menekankan pentingnya faktor keselamatan diri sebagai peliput, di samping itu juga memiliki kepedulian terhadap lingkungan.
Pelatihan yang diselenggarakan di Sekretariat IJTI Tapal Kuda di Jember ini diharapkan menjadi bekal pengetahuan bagi para mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, FAI Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo jika kelak memutuskan bekerja sebagai jurnalis.
“Ini untuk membekali peserta (mahasiswa), nantinya ketika terjun menjadi jurnalis akan tanggap, tepat dan cepat meliput berita kebencanaan. Yakni rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis,” kata Tomy Iskandar, Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Tapal Kuda.
Pihak IJTI Tapal Kuda, lanjut Tomy, membuka diri dengan pihak manapun untuk bekerja sama dalam bidang pelatihan dan pendidikan jurnalistik televisi. Kegiatan pembelajaran tersebut dipandang sebagai pengabdian guna menyiapkan calon jurnalis masa depan.
“Kita memiliki sumber daya manusia yang kompeten, terlatih dan berpengalaman siap berbagi di ruang kelas maupun praktik di lapangan,” pungkasnya. Sepanjang pelatihan tersebut para peserta antusias serta aktif menanyakan berbagai hal tentang peliputan kebencanaan. Di akhir acara, mereka juga menggelar nonton bersama hasil liputan selama mengikuti pratikum di IJTI Tapal Kuda. (salim)