Belajar Dari Dua Mawar Merah

Aktivitas ibu kembar Rian – Rosi bersama anak anak didiknya di sekolah darurat Kartini Jakarta Utara. (Foto: SonaIndonesia.com/hel)

Jakarta, SonaIndonesia.com – Ratusan pelajar, mahasiswa dan warga Jakarta memadati teater gedung Perpustakaan Nasional di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat siang (13/4/18). Mereka menyaksikan film dokumenter “Dua Mawar Merah” sebuah film yang sangat bagus terutama bagi dunia pendidikan. Film ini mengkisahkan bagaimana perjuangan dua orang Srikandi yang menabrak keterbelakangan dan kemiskinan warga ibukota Jakarta melalui pendidikan. Dua Srikandi bernama Rian dan Rosi masuk ke kantong kantong kemiskinan, kawasan kumuh yang berada di bawah kolong jembatan.

Keprihatinan akan nasib pendidikan anak anak jalanan, anak anak dibawah kolong jembatan itulah yang mendorong Rian dan Rosi untuk mendirikan sekolah gratis “Kartini”. Perjuangan dua Srikandi yang dikenal dengan sebutan ibu kembar ini tentu saja tidak mudah. Film ini banyak merekam bagaimana perjuangan dan kegigihan ibu kembar mendirikan sekolah darurat Kartini yang seringkali mengalami penggusuran.

Pertentangan dan perlawanan juga datang dari masyaraka dan para preman yang tidak ingin anak anaknya bersekolah. Anggapan mereka, lebih baik anak anak bekerja untuk hidup daripada harus sekolah.

“Kami menyediakan sekolah gratis bagi warga tidak mampu agar kelak anak anak itu bisa menjadi insan berpendidikan yang memiliki kemampuan serta keahlian tertentu,” Kata Rian.

“Awal mendirikan sekolah gratis Kartini banyak sekali tantangannya, tak hanya dalam bentuk larangan orangtua agar anaknya tidak sekolah namun ancaman serta teror kerap dilakukan preman kampung yang tidak suka dengan kahadiran sekolah gratis Kartini,” sambung Rosi.

Film ini tentu saja menjadi inspirasi bagi masyarakat luas bahwa sebagai anak bangsa kita semua bisa mengambil peran agar bermanfaat bagi bangsa dan negara. Film ini tidak hanya menyajikan kegigihan ibu kembar dalam mengentaskan pendidikan anak anak yang tinggal di permukiman kumuh namun juga pengorbanan waktu dan harta yang tidak sedikit dalam menjalankan sekolah gratis Kartini.

Rian dan Rosi, dua Mawar Merah, penggagas sekolah darurat Kartini yang gratis 100 persen. (Foto: SonaIndonesia.com/hel)

Nama ibu kembar sebagai dua Srikandi pendidikan di tanah air sudah tidak diragukan lagi. Hasil jerih payahnya telah menuai banyak kebaikan. Tak sedikit anak anak jalanan yang dulu mereka bantu sekolahnya hingga memiliki ijazah sekolah tingkat lanjutan atas atau SMA bahkan sebagian ada yang melanjutkan pendidikan sarjana sudah menjadi kebanggaan orangtuanya. Ada yang menjadi perawat, tentara, jura masak, guru, pegawai supermarket dan perbankan.

“Saya salut dan bangga ternyata masih ada orang yang peduli akan pendidikan kaum marjinal ibukota,” kata salah seorang mahasiswa BM ASMI yang ikut menyaksikan film dokumenter Dua Mawar Merah.

Dialog serta keakraban ibu kembar dengan masyarakat di dalam film itu menunjukkan bahwa kini ibu kembar sudah tidak banyak mendapatkan rintangan lagi dalam mengajar anak anak tidak mampu bahkan ia kini banyak mendapat tawaran bantuan dari masyarakat sekitar dan pemerintah. Ibu kembar Rian dan Rosi, hatimu yang tulus dan jiwamu yang mulya telah banyak membantu anak anak jalanan menjadi manusia yang memiliki keahlian dan ilmu pengetahuan sehingga mampu mendapatkan pekerja yang lebih baik bahkan sebagian dari mereka telah berhasil menyediakan  peluang kerja bagi yang lain. (hel)