Alkisah, dulu Putin pernah dan sengaja ‘menghilang’ beberapa hari dari sorotan media. Lantas, beragam isu pun muncul sesuai prasangka khalayak. Istilah umumnya, cara Putin tersebut dinamai test the water. Melihat reaksi publik. Atau bahasa praktisnya: “cek ombak”.
Nah, dalam politik praktis, cek ombak tidak sekadar melihat reaksi publik belaka, sebab ia merupakan salah satu cara kekuasaan mengukur postur dirinya. Jadi, isu-isu dibuat sendiri kemudian sengaja ditebar ke publik, (untuk mengecek respon rakyat) karena ketidakpercayaan diri atas amanah yang selama ini diemban. Seringkali juga ditanggapi sendiri, bahkan isu pun gilirannya ditarik dengan cara: “Tiba-tiba Putin muncul di publik”.
Sebelum Putin juga ada Alexander The Great. Kabar sakitnya dirahasiakan para petinggi kerajaan untuk menghindari cekcok dan kericuhan dalam kekuasaan. Namun begitu kabar meninggalnya merebak, kerajaan Macedonia langsung pecah, terjadi perebutan dalam internal kekuasaan. Apalagi jika kaderisasi internal selama ini mandek, tidak ada upaya menyiapkan pengganti atau pun pewaris tahta.
Inti dari cek ombak adalah mapping kekuasaan atau kekuatan baik di internal maupun eksternal. Ini modus tua mengumpulkan realita data dalam rangka konsolidasi.
Biasanya usai cek ombak, akan ada pergeseran bahkan pembersihan di internal kekuasaan, misalnya. Atau berubahnya pola kebijakan guna merebut (kembali) kepercayaan rakyat yang dianggap hilang.
Inilah taktis dan teknis membangun kekuasaan di tengah kejenuhan (apatis) politik rakyat. Tenyata politik juga butuh refreshing.
Penulis: Malika Dwi Ana, Pemerhati sosial, tinggal di Ngawi, Jawa Timur.