Banyuwangi, SonaIndonesia.com – Sepinya order kiriman barang sejak pandemi covid-19 tak membuat sopir truk ini terus berdiam diri di rumah. Sopir truk bernama Wayan Sujana ini, mengisi kekosongan waktu akibat sepi order kiriman barang dengan beralih profesi menjadi petani bonsai.
Nah, bonsai yang ditanam bukanlah bonsai pohon pada umumnya, melainkan bonsai pohon kelapa. Ia memilih pohon kelapa untuk dijadikan bonsai karena perawatannya tidak begitu rumit. Bonsai kelapa hasil ide kreatif Wayan Sujana ini juga bisa dibilang sangat unik, dan bernilai seni tinggi.
Memiliki tinggi tak lebih dari 30 centimeter, pohon kelapa mini tampak terlihat cantik tumbuh subur di dalam pot bunga di depan rumahnya.
“Awalnya iseng karena sejak adanya corona, sopir seperti saya ini sepi kiriman, jadi enggak ada kegiatan. Di sekitar rumah banyak pohon kelapa, saya coba jadikan bonsai ternyata bisa. Ide ini saya dapat dari Bali, di sana bonsai kelapa bisa dijual sampai jutaan rupiah,” kata Wayan, warga Dusun Kedung Sumur, Desa Kedung Gebang, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi
Untuk membuat bonsai kelapa bisa dibilang gampang-gampang susah. Butuh ketelatenan agar bonsai buatannya tidak mudah mati di masa pembibitan. Bibit bonsai yang ia tanam berasal dari buah kelapa yang sudah tua dan mengering. Jika dibiarkan, tunas di dalam buah kelapa yang sudah berwarna coklat ini akan muncul dengan sendirinya.
“Nah, kalau sudah muncul tunas sepanjang 5 centimeter di pucuk buah, barulah ijuk kelapa ini kita kupas sampai kelihatan akarnya dan terlihat batok kelapanya. Nanti batok kelapa dan akar ini kita biarkan di atas botol berisi air agar akarnya halusnya bisa tumbuh ke bawah ke dalam botol berisi air. Proses ini adalah proses pertama mengkerdilkan pohon kelapa,” tambah pria berusia 55 tahun ini.
Selama proses pengerdilan, bibit bonsai kelapa ini cukup dibiarkan saja hingga satu bulan lamanya. Agar bibit tak mati, batok kelapa harus sering disiram air agar tetap terlihat basah.
“Jadi nanti akarnya dibiarkan tumbuh memanjang ke bawah. Kalau akar sudah sampai dasar botol air mineral, baru batok kelapa ini kita angkat lalu kita pindah ke media tanah dengan pot bunga dan jadilah bonsai pohon kelapa. Kalau sudah usia enam bulan tampilan bonsainya semakin cantik. Jika biasanya pohon kelapa bisa tumbuh sampai puluhan meter, karena dibonsai tingginya nanti paling hanya mencapai 30 centimeter saja,” terang Wayan.
Agar bonsai kelapa ini tumbuh subur, dan kerdil secara maksimal, Wayan juga rutin melakukan perawatan dengan selalu mengupas daun pohon yang mengering, dan tak lupa selalu menyiramnya dengan air setiap hari.
“Seminggu sekali media tanahnya juga harus rutin kita beri obat menggunakan penyedap rasa biar bonsai tetap tumbuh subur. Kalau di Bali bonsainya bagus-bagus, batok kelapanya kadang malah dibiarkan dan divernis, dan itu menambah nilai jual karena nilai seninya lebih tinggi,” jelas sopir truk Fuso yang biasa mengirim barang ke Surabaya dan Bali ini.
Wayan berharap, dengan banting setir menjadi petani bonsai kelapa ini bisa menjadi ladang penghasilan baru di masa pandemi covid-19 seperti ini. Sebab sejak pandemi Covid-19 dampak ekonomi sangat dirasakan oleh dirinya yang hanya sebagai sopir ekspedisi. Ini akibat order kiriman barang berkurang drastis.
“Satu pot bonsai kelapa ini saya jual Rp 300 ribu. Ya mudah-mudahan usaha yang saya lakukan ini bisa menjadi ladang usaha baru. Sesuai dengan ajakan pemerintah kita juga harus tetap survive meski sekarang ekonomi sedang sulit. Menggapai kehidupan baru dengan new normal kita harus berfikir kreatif dan tak hanya berpangku tangan kepada pemerintah saja,” ungkapnya. (ful/sona-03)