Polisi Bongkar Praktik Aborsi Ilegal Mbah Sempok, Siapa Saja Pasiennya?

Petugas kepolisian saat ekspos penindakan di Mapolresta Bandar Lampung memperlihatkan tersangka Suminem alias Mbah Sempok (berbaju tahanan) berikut barang bukti. (Foto: SonaIndonesia.com/asp)

Bandar Lampung, SonaIndonesia.com – Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) dan Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) Satreskrim Polresta Bandar Lampung membongkar praktik aborsi ilegal oleh seorang dukun. Saat digerebek dukun aborsi Suminem alias Mbah Sempok (71) sedang melakukan tindakan aborsi terhadap janin seorang mahasiswi sebuah universitas negeri besar di Kota Bandar Lampung pada Jumat 4 Mei 2018.

“Tindak pidana aborsi ilegal ini terungkap berdasarkan informasi dari masyarakat. Kami lidik benar saja tersangka Mbah Sempok memang membuka  praktik aborsi. Anggota melakukan penyamaran untuk bisa mengungkap  praktik ilegal tersebut. Selama ini tersangka Mbah ini jadi ahli pengobatan alternatif alias dukun pijat, pengasihan dan penglaris. Lalu bertambah jadi dukun aborsi ,yang menurut tersangka, awalnya dari permintaan orang yang mendatangi dia untuk minta diaborsi,” kata Kapolresta Bandar Lampung Kombes Murbani Budi Pitono saat memimpin ekspos penindakan tersebut di Mapolresta, Selasa (8/518).

Menurut tersangka, ia sudah tiga tahun menjalankan  praktik tersebut. Ada 30-an pasien yang datang sendiri minta diaborsi. Ada yang gadis, ada yang pacaran kebablasan, kata Mbah Sempok saat ditanya awak media di Mapolresta.

Tersangka membuka praktik ilegal tersebut di rumahnya di Jalan Imam Bonjol Kecamatan Kemiling. Di lingkungan sekitar ia dikenal sebagai dukun urut, pesugihan dan pengasihan. Ternyata diam-diam berkembang menyediakan layanan aborsi.

Mbah Sempok memadukan teknik gaib/tradisional dan modern. Untuk tradisionalnya, dia mengandalkan bantuan doa dan sepasang keris tanpa gagang jadi syarat ritual. Minta ijin pada keris diucap lalu keris direndam. Air rendaman sepasang keris itu kemudian diusap ke perut dan wajah pasien lalu diminum pasien. Sama sekali tidak ada diurut supaya janin lepas dari rahim.

“Janinnya harus dibawah usia tiga bulan. Kan di bawah segitu masih belum ada nyawanya. Makanya Mbah mau bantuin orang (aborsi-red). Kalau lewat tiga bulan, Mbah pelihara. Digedein gitu. Pasiennya Mbah ajak tinggal bareng buat bantu Mbah sampe lahiran. Kalau sudah lahir, bayinya Mbah rawat, pasiennya pergi. Ada yang Mbah jadiin anak angkat, ada yang diminta orang (diadopsi-red),” lanjut perempuan yang sepanjang ekspos berlangsung tampil ceria itu.