Jember, SonaIndonesia.com – Berbagai cara dilakukan orang atau komunitas dalam menekuni hobinya. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh komunitas bernama “Pataji Sapu Jagat”. Komunitas ini melakukan kegiatan rutin bulanan berupa mengenakan pakaian adat sambil membawa benda pusaka koleksi masing-masing.
Kali ini pertemuan bulanan yang dihelat di rumah salah satu anggota paguyuban, Yoni Hendarto atau biasa dipanggil Oni Batosai, pada hari Minggu (12/1) lalu terasa istimewa. Karena pertemuan tersebut berbarengan dengan perayaan ulang tahun paguyuban yang ke-5.
“Ini ulang tahun ke-5 Pataji Sapu Jagat. Kegiatan ini kita konsep sedikit berbeda dengan sebelumnya. Hari ini ada penampilan seni Janger kolaborasi Jember Banyuwangi,” kata Oni Batosai selaku tuan rumah.
Oni menjelaskan bahwa puluhan peserta yang hadir pada hari itu selain dari Jember juga berasal dari komunitas perawat benda pusaka dari Bondowoso, Banyuwangi, Lumajang, Probolinggo bahkan juga dari Madura.

Mereka hadir dengan berpakaian adat Jawa, Madura, Bali, Banyuwangi, Jember, dan ada juga yang berpakaian adat dari beberapa daerah lainnya. Masing-masing membawa koleksi benda pusakanya. Sebagian dibawa dalam tas namun tak sedikit pula yang dipakai langsung.
Ketua Harian paguyuban Pataji Sapu Jagat, Lukmanul Hakim mengatakan latar belakang pendirian komunitas ini adalah sebagai bentuk dukungan melestarikan budaya warisan leluhur.
“Pataji Sapu Jagat berdiri tahun 2019 atau lima tahun lalu. Latar belakang sebagai komitmen melestarikan budaya agar tidak punah dan bisa dinikmati anak cucu kita. Kita kumpul dua minggu sekali, saling silaturahmi dan edukasi tentang pusaka,” kata Lukmanul Hakim.
Pertemuan berlangsung dalam suasana hangat penuh kekeluargaan, layaknya saudara yang lama tidak bersua. Mereka bertegur sapa serta bercengkrama sembari minum kopi dan makan makanan ringan yang terhidang. Benda-benda pusaka yang dibawa pun mereka taruh di tengah arena pertemuan. Kesenian Janger Banyuwangi Jember menjadi pengiring berlangsungnya acara pertemuan.
Kepala Dinas Pariwisata Budaya dan Olahraga Kabupaten Jember, Bambang Rudianto dalam sambutannya mengapresiasi terselenggaranya kegiatan tersebut.
“Ini patut kita lestarikan, budaya kita dan kita apresiasi atas berdirinya paguyuban ini,“ ujar Bambang Rudianto.

Pada kesempatan tersebut para peserta bisa saling bertukar pengetahuan seputar benda-benda pusaka, yang umumnya berupa keris. Ada pula tombak, golok, warangka serta beragam batu permata. Para peserta bisa mendapatkan benda-benda tersebut karena mereka bisa melakukan jual beli.
Menariknya lagi ada sesi lelang benda pusaka. Ada puluhan benda pusaka dilelang saat pertemuan tersebut dengan harga buka lelang yang sangat terjangkau mulai dari sepuluh ribu rupiah.
“Ayo kapan lagi bisa memperoleh barang seperti ini kalau tidak di sini”, kata pelelang.
Para peserta tampak antusias mengikuti sesi ini. Masing-masing berlomba mengajukan harga penawaran tertinggi. Dan penawar paling berani pasang harga tertinggilah yang beruntung bisa membawa pulang barang incaran yang diperebutkan.
“Ayo, saya hitung mundur, lima, empat, tiga, dua, satu,” teriak petugas lelang saat menutup sekaligus menentukan pemenang.
Umumnya barang lelang terjual pada kisaran harga ratusan ribu ribuah, namun ada keris yang berhasil terjual dengan harga jutaan rupiah. (salim)