Kediri, SonaIndonesia.com – Acara konferensi pers pernyataan bersama upaya kolaborasi penanggulangan tuberkulosis di Kabupaten Kediri, Rabu 13 Desember 2023 diadakan di Hotel Grand Surya.
Acara ini diadakan oleh Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA) berkolaborasi bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, beberapa Kepala Puskemas di Kab Kediri,serta beberapa Rumah Sakit Swasta di Kabupaten Kediri. Selain itu acara ini juga dihadiri berbagai pihak dan juga awak media juga hadir.
Menurut Retno Handayani, Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2pm) Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri mengatakan Eliminasi TB adalah masalah bersama yang membutuhkan dukungan dari berbagai sektor, bukan hanya tanggung jawab dari pihak kesehatan.
“Estimasi penemuan kasus TBC tahun 2023 di Kabupaten Kediri adalah 2,921 kasus. Namun yang berobat ke medis, hanya 74 persen saja, sedangkan sisanya tidak diketahui berobat ke non medis atau seperti apa,” Ujar Retno
Retno menjelaskan dari jumlah 74 persen yang berobat 88,5 yang sembuh. Sedangkan sisanya belum sembuh. Dan sisa yang belum sembuh tersebut, banyak faktor yang mempengaruhi. Namun kebanyakan Multidrug resistant (Mdr), seperti putus minum obat, tidak meneruskan berobat ke rumah sakit.
Retno menambahkan, jika Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri sendiri, tidak bisa melakukan pencegahan dan penanganan kasus Tbc. Untuk itu pihak Dinkes menggandeng dan bersinergi dengan semua pihak, termasuk Yayasan SSR YABHYSA Kabupaten Kediri.
“Kerjasama ini dalam penemuan kontak erat Tbc. Karena jika diketemukan 1 pasien terkena penyakit tbc, maka 1 rumah harus dilacak serta investigasi. Karena penularan Tbc ini sangat cepat. 1 orang bisa menular ke 10-15 orang,” Kata Retno Handayani.
Sementara koordinator program SSR YABHYSA peduli TBC Kabupaten Kediri Sri Astutik mengatakan, pihaknya bersama anggota komunitas bersinergi dengan semua pihak, mulai Dinas Kesehatan, rumah sakit maupun klinik-klinik Kesehatan, untuk penanganan penyakit Tbc.
“Jadi relawan kami turun ke bawah, untuk memberikan pengarahan kepada keluarga penderita, jika penderita TBC itu bukan aib. Karena selama ini banyak yang beranggapan jika penyakit TBC adalah aib dan juga penyakit keturunan,” Jelas Sri Astutik, koordinator program SSR YABHYSA peduli TBC Kabupaten Kediri.
Saat ini banyak sekali keluarga penderita TBC yang merahasiakan jika ada keluarganya menderita TBC. Ibaratnya kita seperti mencari jarum dalam jerami. Namun begitu, kita akan terus melakukan pendekatan dan sosialisasi kepada warga, agar membawa penderita ke TBC ke medis.
“Namun kita akan terus berkoordinasi dengan Puskesmas atau klinik kesehatan, agar jumlah penderita TBC yang sudah memeriksakan diri diketahui berapa jumlahnya. Kita akan tempatnya 2/3 relawan di Puskesmas, untuk mengetahui jumlahnya,” Tutup Sri Astutik.
dr. Hermawan Chrisdiono SP.P sebagai ketua Koalisi organisasi profesi penanggulangan tuberkulosis (KOPI TB) mengatakan masifnya skrining TBC di Kabupaten Kediri dapat menemukan kasus tersebut sedini mungkin dan dapat segera diobati.
Pengobatan TBC juga diberikan secara gratis, serta disupport untuk kasus TBC Resisten Obat dalam mengakses layanan. Sebab, eliminasi TBC menjadi tugas bersama antara Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri dengan jejaring kemitraan.
“Dalam upaya percepatan eliminasi TBC, kami melibatkan seluruh unsur baik pemerintah, swasta, institusi pendidikan, CSO atau komunitas, sampai dengan media untuk mengedukasi pentingnya melakukan pencegahan TBC,” katanya.(Gian)